Sudahkah Anda Mendampingi Anak Saat Online?

Di era digital seperti sekarang, anak-anak tumbuh di dunia yang sangat berbeda dibandingkan dengan anak-anak 20–30 tahun lalu. Jika dulu anak-anak sering bermain terlalu lama di luar rumah, kini mereka justru lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya dan semakin jarang berinteraksi secara langsung. Internet, media sosial, dan berbagai aplikasi memang menawarkan hiburan serta pengetahuan tanpa batas, tetapi juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan.


Pertanyaannya, sudahkah Anda mendampingi anak saat online?


Banyak orang tua merasa tugasnya sudah cukup dengan memberi aturan waktu layar, misalnya, “hanya boleh dua jam sehari”. Namun, yang sering terabaikan adalah apa yang diakses anak selama waktu tersebut. Padahal, pendampingan digital bukan hanya soal durasi, melainkan juga tentang aktivitas dan makna di balik apa yang anak lakukan saat online.
Misalnya, anak usia dini mungkin tampak aman karena hanya menonton video edukatif di YouTube. Tapi, apakah ia benar-benar memahami pesan yang disampaikan? Ketika anak tumbuh dan mulai memilih tontonan sendiri, apakah kontennya sesuai dengan usianya? Atau justru algoritma platform membawa mereka pada video yang tidak layak untuk anak-anak? Di sinilah peran pendampingan orang tua menjadi penting, agar anak tidak sekadar menjadi penonton pasif, tetapi berkembang menjadi pembelajar aktif yang mampu memilah dan memahami konten digital.


Pendampingan juga berarti hadir secara emosional. Sesekali, orang tua harus duduk di samping anak ketika ia bermain gim atau menonton video. Ajak ia berdiskusi tentang apa yang sedang ditontonnya, tentang tokoh, cerita, atau pesan di dalamnya. Langkah sederhana ini menunjukkan rasa ingin tahu dan kepedulian orang tua terhadap dunia anak. Percakapan ringan seperti ini dapat membuka ruang dialog yang berharga. Anak merasa dihargai, didengarkan, dan lebih terbuka ketika menghadapi persoalan di dunia digital, seperti perundungan siber (cyberbullying), tekanan sosial, atau paparan konten negatif.


Berbagai riset menunjukkan bahwa anak yang didampingi orang tuanya saat online cenderung lebih kritis dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Mereka tidak hanya terampil menggunakan gawai, tetapi juga memahami etika digital—seperti menghormati orang lain di dunia maya, menjaga privasi, serta berpikir sebelum membagikan sesuatu.


Pendampingan bukan berarti orang tua harus memahami setiap teknologi baru atau menjadi “polisi digital” yang selalu mengawasi. Yang terpenting adalah membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka. Ketika anak merasa aman untuk berbagi pengalaman digitalnya, orang tua pun lebih mudah memberi arahan dan menanamkan nilai-nilai positif.


Mulai hari ini, mari kita sebagai orang tua mencoba untuk benar-benar hadir, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara digital dan emosional. Jadilah teman belajar bagi anak, bukan sekadar pengawas. Dunia maya dapat menjadi ruang tumbuh yang positif jika kita mampu memanfaatkannya dengan bijak.


Sebab di balik setiap klik dan layar, selalu ada peluang besar dan juga tanggung jawab orang tua untuk menemani anak menapaki dunia digital dengan penuh kebijaksanaan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *